Dandadan Chapter 213: Keteguhan Okarun untuk Persahabatan

Dandadan Chapter 213 memperlihatkan tekad Okarun untuk berbicara dengan Momo

Bab terbaru Dandadan Chapter 213, berjudul Okarun’s Resolve (オカルンの決意), menghadirkan lanjutan kisah penuh emosi setelah Momo kehilangan kenangan tentang Okarun dan teman-temannya.
Setelah bab sebelumnya menunjukkan bagaimana Momo benar-benar tidak mengingat Aira dan Okarun, kini fokus berpindah ke tekad Okarun untuk memulihkan hubungan mereka — bahkan jika harus memulai semuanya dari awal.

Bab ini menjadi titik balik penting yang menyoroti perasaan tidak terucapkan, rasa bersalah, dan keberanian Okarun untuk menghadapi kenyataan pahit.

Okarun Ingin Mengembalikan Persahabatan dengan Momo

Bab Dandadan Chapter 213 dimulai dengan Okarun berjalan menyusuri koridor sekolah, menuju kelas Momo dengan niat kuat untuk berbicara dengannya. Namun, begitu ia melihat Momo sedang bercanda dan tertawa bersama Miko, Kei, Jiji, dan Ririna, rasa percaya dirinya langsung runtuh.

Melihat Momo tersenyum tanpa dirinya membuat Okarun merasa seolah sudah tidak punya tempat di dunia Momo yang baru.
Ia akhirnya berbalik dan pergi, tanpa sempat menyapa — sebuah keputusan kecil yang menunjukkan betapa dalam luka emosional yang ia rasakan.

Kinta dan Rin Menyadari Kondisi Momo

Sementara itu, Kinta, Rin, dan Bamora membahas kondisi Momo setelah mendengar kabar bahwa ia sudah “kembali normal.”
Kinta, dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, bertekad untuk menemui Momo secara langsung. Ia yakin Momo pasti ingin melihatnya.

Namun Rin justru menyarankan agar mereka memberinya waktu, mengingat kondisi mental Momo yang belum stabil setelah kehilangan ingatannya.
Meski begitu, Kinta tetap keras kepala dan berlari menemui Momo, diikuti Bamora yang bertanya-tanya ke mana Okarun menghilang.

Adegan ini menegaskan betapa banyak orang yang masih peduli pada Momo, meski mereka tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.

Okarun Mengikuti Momo Diam-Diam

Okarun mengikuti Momo dari kejauhan di Dandadan Chapter 213

Okarun terlihat gugup saat berusaha mendekati Momo yang kehilangan ingatannya.

Setelah gagal menyapa Momo di kelas, Okarun memutuskan untuk mengikutinya dari jauh.
Ia berjalan di belakangnya saat Momo berbicara dengan Miko dan Kei, menunggu momen tepat untuk berbicara empat mata.

Namun kesempatan itu tak pernah datang.
Setiap kali Okarun ingin menyapa, situasi tidak mendukung — dan akhirnya ia hanya bisa duduk di bangku taman, menyesali sikap penakutnya sendiri. “Kenapa aku selalu menunggu waktu yang sempurna? Padahal waktu itu tidak akan pernah datang…”

Monolog internal ini memperlihatkan konflik batin Okarun — antara rasa takut akan ditolak dan keinginan kuat untuk memperbaiki semuanya.

Ketakutan Okarun Akan Penolakan

Saat duduk sendirian, Okarun teringat bagaimana Momo gagal mengenali Aira di bab sebelumnya.
Ia mulai takut, bagaimana jika nanti Momo juga tidak mengenali dirinya? Bagaimana jika ia dianggap orang asing oleh gadis yang selama ini menjadi sahabat sekaligus orang yang spesial baginya?

Rasa takut ini begitu kuat hingga membuat Okarun secara refleks menghindar ketika melihat Momo lewat di depannya bersama teman-teman.
Ia bersembunyi di balik tiang dan kembali menyalahkan dirinya sendiri karena pengecut.

Adegan ini memperlihatkan sisi manusiawi dan rapuh Okarun, yang masih berjuang melawan rasa minder dan keraguan terhadap dirinya sendiri.

Momo Menyadari Okarun Mengikutinya

Beberapa waktu kemudian, Okarun akhirnya menemukan Momo sendirian. Ia melihat ini sebagai kesempatan emas untuk akhirnya berbicara dengannya.
Namun ternyata Momo sudah menyadari sejak awal bahwa Okarun mengikutinya.

Dengan tenang, ia menunggu di ujung koridor dan menatapnya langsung. “Dari tadi kamu mengikutiku. Ada sesuatu yang ingin kamu katakan, kan?”

Okarun panik dan mencoba mencari alasan. Ia mengatakan bahwa mereka hanya “menuju ke arah yang sama.”
Sayangnya, kebohongan itu langsung terbongkar karena arah yang mereka tuju adalah pintu darurat sekolah.

Momen Lucu dan Emosional: Kejar-kejaran di Sekolah

Momo dan Okarun kejar-kejaran di sekolah Dandadan Chapter 213

Adegan lucu saat Momo mengejar Okarun setelah ia ketahuan mengikutinya.

Setelah alasan pertamanya gagal, Okarun mencoba alasan baru: ia sedang salah jalan karena kurang tidur.
Namun Momo tidak percaya. Ia menyuruh Okarun menatap wajahnya langsung, tapi Okarun malah berusaha kabur.

Momo mengejarnya dan akhirnya menguncinya dalam headlock (kuncian kepala).
Momen ini menghadirkan campuran komedi dan ketegangan emosional, mengingat interaksi fisik ini pernah menjadi bagian akrab dari hubungan mereka sebelum Momo kehilangan ingatan.

Saat Okarun mulai menangis karena malu dan frustrasi, Momo perlahan menyadari bahwa ia sudah terlalu keras padanya. Ia melepas kuncian itu dan meminta maaf, meskipun Okarun berusaha menutupi air matanya.

Momo Mengakui Perasaan Aneh Saat Melihat Okarun

Setelah menenangkan diri, Momo mengatakan bahwa Jiji sempat memberitahunya bahwa Okarun adalah teman baiknya.
Meski ia tidak mengingat detailnya, Momo mengakui satu hal penting: “Waktu kamu berdiri di depan pintu kelas, aku merasa tenang. Entah kenapa… rasanya aku mengenalmu.”

Ucapan sederhana ini membuat Okarun tersentuh.
Bagi Momo, meskipun ingatan tentang masa lalu telah hilang, perasaannya terhadap Okarun masih tertinggal di hati.

Okarun Menyatakan Tekadnya

Momo dan Okarun berbicara empat mata di Dandadan Chapter 213

Momen emosional saat Momo memberi Okarun kesempatan untuk berbicara jujur tentang perasaannya.

Saat Momo memberinya kesempatan untuk berbicara, Okarun menundukkan kepala dan berkata: “Kita bukan teman baik, Momo. Tapi aku ingin memperbaikinya. Aku ingin jadi teman yang baik untukmu… mulai sekarang.”

Ia menahan air mata dan menambahkan dengan nada tulus: “Jadi tolong… jangan bicara padaku dulu.”

Kalimat yang terdengar kontradiktif ini sebenarnya menunjukkan tekad dan kerendahan hati Okarun.
Ia ingin membangun kembali hubungan mereka dari awal — bukan dengan paksaan, tapi melalui waktu dan usaha.

Momo Meminta Okarun Menatapnya

Setelah mendengar pengakuan Okarun, Momo memintanya untuk menatap matanya langsung.
Namun Okarun terlalu gugup dan malah mengalihkan pandangan.
Reaksi ini membuat Momo kesal dan menegur Okarun, menutup bab dengan nada ringan namun emosional — campuran komedi, kehangatan, dan harapan baru.

Dandadan Chapter 213 adalah bab yang emosional, hangat, dan realistis.
Hubungan Okarun dan Momo tidak langsung pulih, tetapi bab ini menjadi langkah pertama menuju rekonsiliasi mereka.

Dengan penggambaran emosi yang kuat, bab ini menekankan bahwa hubungan sejati tidak bergantung pada ingatan, tetapi pada perasaan dan tekad untuk saling memahami.

Bab ini juga menyiapkan panggung bagi perkembangan karakter Momo dan Okarun di bab selanjutnya — di mana mereka perlahan belajar mengenal satu sama lain lagi seperti awal cerita.

Recommendations

Kisah petualangan One Piece terus memikat penggemar dengan momen-momen emosional dan misterius. Pada bab terbaru, cerita membawa kita ke pulau Elbaph, tempat para raksasa tinggal, dan menghadirkan reuni yang sudah…

Chapter 145 dari Return of the Flowery Mountain Sect menampilkan beberapa poin menarik yang memperkaya perkembangan cerita dan karakter: Chung Myung Menantang Tang Woe: Keputusan berani Chung Myung untuk melawan…

Solo Leveling, mahakarya Chugong, memikat pembaca dengan karakter-karakter kuat dari dua sisi: Hunter manusia dan monster. Di antara para Hunter Rank S yang sering disebut sebagai manusia terkuat, ada satu…

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *